Pada sebuah senja, perempuan menitip sepotong cerita.Tentang taun-taun yang lewat. Tentang segala manis pahit getir, dan sesuatu tentang lelaki yang datang dari sebuah masa, lelaki yang kini dikenangnya dengan tawa dan kerjap mata yang menyimpan cinta. Lelaki yang, kau tau, bahkan aroma tubuhnya masih terekam jelas, dan sesekali perempuan itu mengingatnya saat tanpa sengaja sepenggal puisi atau denting-denting lagu tertentu membawanya kembali ke rentang waktu bertaun-taun yang lalu.
Apa, kenapa, dan ribuan tanya dijawabnya kemudian tanpa penuh dia pahami bagaimana mungkin seorang perempuan sanggup bercerita begitu runut pada sekeping senja yang asing. Terbata, tersenyum dan tertawa ia bersamanya, dengan mata yang, kau tau, selamanya akan menyimpan cinta.
Lelaki yang kau tanyakan, kata perempuan kepada senja, dia ada di sini. Perempuan menunjuk jantungnya sendiri, tak yakin senja mengerti.
Hidup memang musykil, abstrak sesekali. Tak semua hal di dunia ini musti kau mengerti, pun tak semua harus diamini, kata perempuan lagi, berlalu meninggalkan sekeping senja yang asing, yang selarik kilaunya, potongan terakhir dari sekeping yang tadi, lenyap bersama matahari yang perlahan-lahan mati.
----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar