Senin, 31 Mei 2010

Lovable (part 1)

*cowok nyebelin*

Suasana mal minggu siang ini tidak terlalu ramai, bahkan cenderung sepi. Kebiasaan belanja yang dulu hanya berpusat di pertokoan biasa, kini berpindah ke mal yang serba ada. Mulai dari makanan, pakaian, alat tulis, handphone, komputer, alat-alat elektronik, sampai semua perabot rumah tangga, semua ada disini. Suasananya pun asik, sejuk, dan sebagai pengunjung, gak beli apapun nggak apa-apa. Pokoknya beberapa tahun terakhir ini, mal jadi tempat favorit orang-orang Jakarta buat ngisi kegiatan, atau hanya untuk bersantai makan siang.
Andhita dan sahabatnya Keyra hari ini pergi ke mal khusus untuk membeli baju merek luar negeri yang lagi sale besar-besaran. Dari mulai 20% sampai 70%. Bukannya nggak mampu beli, tapi beli barang yang biasanya mahal dengan potongan harga yang gila-gilaan kan asyik juga. Zaman sekarang kan kita harus prihatin sama pengeluaran. Nah, bagi Andhita dan sahabatnya, ikutan belanja di saat sale juga prihatin namanya. Maksudnya, prihatin sama harga barang bermerek yang harganya selangit! Hehehe...
Walaupun sepi, alangkah kagetnya mereka ketika tiba di depan toko yang mereka tuju. Ternyata bukan hanya mereka berdua yang punya tujuan sama. Di dalam toko sudah banyak orang yang membeli.
Andhita dan Keyra saling menatap. “Rame banget Key!”
“Oke kalau begitu kita mencar aja Dhit. Lo nyari kaos yang lo incer itu, gue mao liat sepatu kets. Gimana?” Keyra melancarkan strategi.
“Oke!” Angguk Andhita sambil mengacungkan jempolnya. Mereka berdua pun menyebar di toko tersebut tanpa babibu lagi.
Tetapi memang bukan mereka saja yang punya rencana, semua orang juga. Jadi begitu Andhita masuk ke dalam, baju yang dia incar dipasangi label diskon 50% banyak orang yang menyerbunya.
Andhita sudah mengincar kaos putih yang bertulis merek terkenal dalam ukuran besar. Harga aslinya Rp159.000, tetapi setelah didiskon bisa jadi separuhnya. Dan setelah memakainya toh gak ada yang tahu kalau itu barang diskon, kan?
Tapi ternyata gak cuma dia yang mengincar kaos itu. Saat dia berhasil mengambil kaos itu dari gantungannya, ada tangan lain yang juga melakukan hal yang sama. Mereka saling menarik kaos itu. Andhita mengangkat wajahnya, ingin melihat siapa saingannya. Tatapannya tertumbuk pada cowok paling ganteng dan paling keren yang pernah dia dilihatnya. Wow! Andhita tertegun sesaat. Cowok itu juga menatapnya. Mereka berpandangan beberapa detik.
”Ini kan kaos cewek!” kata Andhita akhirnya, setelah berhasil mengusir pesona cowok itu dan membuangnya jauh-jauh. Ini sale man! Jangan terpikat oleh pesona wajah siapapun kalau mau dapat barang bagus. Gak ada deh dalam kamus Andhita terperangah sama cowok ganteng dalam perebutan barang sale.
”Siapa bilang cowok gak boleh beli kaos cewek?” seru cowok itu sambil menarik kaos yang dipegangnya.
Andhita mulai kesal. ”Tapi kan gue duluan yang pegang!”
”Sori yah, tapi gue duluan yang nempelin tangan gue di kaos ini!” ujar cowok itu gak mau kalah.
”Ngalah dong!”
”Kenapa gak lo aja yang ngalah?”
”Ladies first!”
”Gue paling gak suka sama cewek yang mau menang sendiri dengan ngebawa-bawa jenis kelamin. Katanya emansipasi…”
Andhita yang udah kesal langsung melepaskan tangannya dari kaus itu. Ya sudah, mending dia ngalah dari pada berurusan panjang sama cowok satu ini. Cowok nyebelin, rese, dan gak tahu malu. Ngapain lagian dia beli kaos cewek? Buat pacarnya? Lalu Andhita sadar, buat apa pula dia pusing-pusing mikirin hal sepele kayak gini? Mendingan dia cepat-cepat cabut dari situ!
Cowok itu mengejar Andhita dan menyentuh pundaknya. “Hei, jangan marah dong. Gue kasian sama lo. Nih, buat lo aja.” katanya sambil tersenyum manis.
Andhita sudah terlanjur kesal dengan insiden rebut-rebutan tadi. Lagipula kaos itu udah nggak narik minatnya lagi. Kaos lain kan masih banyak, walau beberapa gantungan dilihatnya sudah tampak kosong karena diambil pembeli lain. Kayak besok dunia mau kiamat aja, jadi duit dibuang-buang sekarang. Besok-besok juga bisa nyari lagi. Pikir Andhita.
“Nggak usah, gue gak jadi!” kata Andhita ngambek.
Cowok itu memaksa, “Lho, kok ngambek? Nih..buat lo aja.”
“Nggak jadi!” bentak Andhita.
”Wah! Elo jadi cewek kok galak banget?”
”Whatever!” kata Andhita sambil ngeloyor pergi. Dia menghampiri Keyra yang sedang mengantri di kasir membayar sepatu yang dibelinya.
“Lo gak dapet kaos yang lo pengen Dhit?” Tanya Keyra melihat Andhita gak bawa apa-apa.
”Ceritanya panjang, lagian gue udah gak minat lagi sama tu kaos. Mending belanja di tempat laen deh.” jawabnya sambil cemberut kesal.
***
Andhita celingak-celinguk mencari teman-temannya di kantin. Mana sih Keyra, Putri, dan Tasha? Katanya istirahat ini mau ngumpul buat ngomongin malam kesenian. Dasar tukang ngaret! Semprot Andhita dalam hati. Sendirian di kantin kan malu juga. Mana yang lain pada ngeliatin lagi. (padahal sih nggak. Andhitanya aja yang GR. Sindrom doang).
Hampir sepuluh menit teman-temannya gak dateng. Andhita memutuskan kembali ke kelasnya. Mungkin teman-temannya masih belum istirahat siang. Ketika ia berbalik, tubuhnya menabrak seorang cowok yang sedang membawa nampan berisi makanan. Nasi campur plus es buah yang dibawanya tumpah ke lantai. Andhita terpekik.
“Aduh, sori! sori! Gue gak liat. Sori banget ya.” katanya, dan langsung menunduk untuk memunguti pecahan piring dan gelas yang jatuh ke lantai. Tentu saja udah telat menyelamatkan makanannya. Semua udah tumpah ruah ke lantai. Kemudian petugas kantin datang dan membatunya membersihkan pecahan piring dan dan gelas.
”Elo beli lagi dih makanannya. Nih, pake duit gue aja.” Andhita merogoh kantong seragamnya, dan mengelurakan uang sepuluh ribuan, lalu menyerahkannya pada cowok di depannya. Ia mengangkat wajahnya. Dan betapa kagetnya dia saat melihat sorot mata dingin yang sudah dikenalnya.
”Elo lagi?” pekik Andhita kaget. Cowok yang ditabraknya tadi adalah cowok yang sama dengan yang ditemuinya di mal kemarin siang. Cowok yang sama sekali gak mau ngalah dengannya saat berebutan baju sale dengannya.
”Rupanya elo lagi!” desis cowok itu kesal.
Diam-diam Andhita tertawa dalam hati. Akhirnya dia punya kesempatan juga buat ngebalas keegoisan cowok itu. Tuhan memang adil!
”Sori, gue bener-bener gak liat lo di belakang gue. Biar gue beliin lagi yah? Tadi.. lo beli apa aja? Nasi campurnya pake apa? Ayam sama kentang pedes yah? Pake sambel lagi gak? Es buahnya pake semua? Apa gak mau pake bangkuang? Gue juga gak suka bangkuang, bisa alergi..” katanya asal.
“Nggak usah!” bentak cowok itu.
Andhita mengamati muka cowok itu. “Kayaknya elo anak baru ya? Kok gue belom pernah liat? Atau… lo anak kelas 1 ya? Pantesan gue gak pernah ngeliat lo. Oh ya kenalin, gue Andhita kelas 2 IPA 1. berarti gue kakak kelas lo dong..” Andhita terus nyerocos sambil mengulurkan tangannya.
Cowok itu gak ngegubris, dan malah ngeloyor pergi meninggalkan Andhita. Andhita menahan tawa. Sukurin! Emang enak? Dasar, belagu-belagu nggak taunya masih adik kelas. Masih bau kencur! Hahaha…!

_To be Continued_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar