Pertengkaran Empat Sahabat
Lagu A Whole New World yang belum ada “jiwa”nya itu benar-benar bikin Andhita pusing. Malam itu dia mencoba menyanyikannya di depan Papa dan Mama. Niatnya untuk observasi benar-benar serius.
Papa menawarkan, ”Apa mau diiringi gitar Dhit? Papa bisa ambil dari gudang.”
Andhita meringis. ”Nggak usah deh Pa. Andhita nyanyi akapela aja.”
”Oke deh.”
Mama meletakkan majalah yang sedang dibacanya, dan Papa membuka kacamatab bacanya lalu meletakan dokumen yang sedang ditandatanganinya.
Andhita berdeham untuk melancarkan tenggorokannya. ”Ehem..ehem..” dia mengambil posisi tegap dan mengisi paru-parunya dengan udara. Perutnya dikempiskan seperti gaya menyanyi penyanyi seriosa kawakan.
I can show you the world, shinning, shimmering, splendid
Tell me princess now when did you last let your heart decide
I can open your eyes, take you wonder by wonder
Over side ways and under on a magic carpet ride
Papa dan Mama memerhatikannya. Meskipun Andhita menyanyikan versi duanya, tetap saja mereka mendengarkan dnegan serius. Ketika selesai, Andhita bertanya, ”Gimana menurut Mama sama Papa?”
Mama duluan yang mengomentari. ”Ehm... gimana ya? Suara kamu cukup bagus dan menyanyikannya juga cukup baik. Tapi... kamu kurang menghayati isi lagunya. Kesannya seperti...”
”Nyanyian lagu Indonesia Raya waktu upacara.” Papa nyeletuk.
Mama melotot. ”Bukan. Kalau itu sih tergantung penyanyinya. Pakai penghayatan juga bisa.”
”Maksud Papa, Andhita nyanyinya kayak robot. Nggak ada alunannya.” tambah Papa.
”Iya, benar Dhit..” Mama mengangguk-angguk.
Wajah Andhita muram. “Nah, justru itu masalahnya Pa. Andhita juga pengen tau gimana cara kita menghayati lagu. ‘Cukup bagus’ kan nggak membuat lagu itu jadi istimewa.”
Papa dan Mama berpikir sejenak. Tiba-tiba Papa puny ide. “Begini aja! Gimana kalau kamu menyanyikan lagu itu di taman? Sekarang Dhit! Semua lampu kita matiin. Jadi kamu cuma bisa melihat cahaya bulan dan mendengarkan suara alam. Jadi kamu bisa...”
”Menghayati lagu!” timpal Mama.
”Benar!”
Andhita tersenyum. Kenapa dia nggak memikirkan ide ini sejak kemarin ya? ”Kalau begitu, ayo kita mulai sekarang.” kata Andhita sambil menuju taman rumahnya.
A whole new world, a new fantastic point of view
No one to tell us no or where to go or say we're only dreaming
A whole new world, a dazzling place I never knew
But when I way up here, it's crystal clear
That now I'm in a whole new world with you
Plok! Plok! Plok! Tepuk tangan Mama dan Papa terdengar.
“Bagus! Bagus! Ini baru pengahayatan.” Seru Mama.
Andhita tersenyum gembira. Dia juga merasa begitu tadi.
Plok! Plok! Plok! Ternyata ada suara tepu tangan susulan. Andhita dan kedua orangtuanya jadi kaget. Mereka menoleh dan melihat seorang cowok tinggi atletis di depan pagar.
Rendy? Batin Andhita. Ngapain lagi tuh anak ke sini?
”Selama malam Om, Tante...” kata Rendy ramah.
”Eh..kamu Ren.. kami lagi mengobservasi lagunya Andhita. Dia bilang dia butuh penghayatan, jadi kami mengajaknya ke sini.” kata Papa.
”Maaf aku datang malam-malam Om. Aku mau mengantarkan kue buatan Mama untuk Tante Anne dan Andhita.” kata Rendy.
”Jadi buat Om nggak ada nih?”
”Buat Om juga deh.” senyum Rendy. Dia memberikan sekotak kua pada Mama Andhita dan langsung membawa kue itu ke dalam.
”Om dan Tante masuk dulu ya. Kalau kamu mau ngobrol sama Andhita, silahkan.” kata Papa.
Andhita melotot. Uh, lain banget sikap mereka tempo hari, waktu mereka belum tahu bahwa Rendy adalah calon tunangannya. Waktu itu Andhita dan Rendy diawasi terus di ruang tamu. Sekarang mereka malah ditinggal berdua di taman yang gelap.
”Aku nggak lama-lama kok, Om. Aku paling cuma mau ngomongin soal vokal grup sebentar sama Andhita.” Kata Rendy.
“Lama juga nggak apa-apa.” Papa Andhita tersenyum lebar. ”Om tinggal dulu ya?” kata Papa Andhita sambil meninggalkan mereka berdua.
Andhita menunjuk bangku taman tempat Papa tadi duduk, mempersilahkan Rendy duduk di situ. ”Duduk Ren.” katanya enggan. Rendy segera duduk di situ.
”Jadi ceritanya elo udah bisa mengahayati lagu nih?” kata Rendy sambil cengengesan.
”Yah.. begitu deh. Setidaknya sekarang gue tau gimana caranya mengahayati lagu ini. Kalau elo kan tentunya nggak usah diajari lagi kan. Elo kan punya teman yang hebat dan bisa menyanyi dengan hati.” sindir Andhita.
Rendy tertawa. ”Elo masih ingat kejadian tadi siang? Kenapa, cemburu?”
”Ngaco! Jangan GR deh lo! Lagian lo ngapain sih di sini? Bukannya pulang, masih kangen sama gue?” tanya Andhita asal.
”Kan gue udah bilang, mau ngomongin soal grup vokal.”
Andhita memandang Rendy. “Dan nyokab lo niat banget nyuruh lo nganterin kue malam-malam ke sini. Pasti buat ngelaksanain niatnya, memaksa elo supaya bisa dekat sama gue.”
Rendy mengangkat bahu. ”Nggak tahu deh. Tapi kalau dipikir-pikir...mungkin juga.”
”Oh ya, terus hubungan lo sama Putri gimana?”
Rendy mengerutkan kening. ”Linda? Baik-baik aja.”
”Sama Tasha?”
”Baik juga.” jawab Rendy bingung. “Sama Keyra juga baik. Emangnya kenapa?”
”Bukan begitu. Gue denger dari Keyra, katanya elo suka makan bareng di kantin sama Putri, terus ke perpustakaan sama Tasha. Gue cuma mau ngasih tahu, sebaiknya elo jangan terlalu banyak tebar pesona sama cewek-cewek. Lo sadar nggak sih, kalau perbuatan lo sama aja dengan mempermainkan mereka?”
Rendy bertanya polos. ”Kenapa? Elo cemburu?”
Andhita mendengus. ”Nggak lah! orang yang nggak punya perasaan apa pun mana bisa cemburu? Gue tuh cuma pengen bilang, saat ini hubungan Putri dan Tasha sedang buruk karena mereka bersaing memperebutkan elo!”
”Memperebutkan gue?”
”Kenapa? Bangga?” desis Andhita tajam. “Lo tau nggak, masalah ini bisa ngancurin persahabatan kita berempat.”
Sebelah alis Rendy terangkat. ”Gue sama sekali nggak berpikir begitu. gue tuh kebetulan aja makan sama Putri di kantin, itu pun karena kita ketemu di sana. Lagian juga kita cuma ngobrolin soal vokal grup. Terus ke perpustakaan sama Tasha, karena kita lagi nyari data untuk tugas kelompok. Soalnya gue sama Tasha itu satu kelompok.
”Oh ya?”
”Suer!”
Benar juga ya, pikir Andhita. Dia jadi sadar Putri dan Tasha telah salah paham sama perhatian Rendy. Andhita dan Rendy diam dalam keheningan. Saat itu bisa terdengar suara jangkrik dan katak yang bersahutan di tengah malam. Suara deru angon dan keheningan malam terasa jelas. Andhita tiba-tiba jadi memikirkan foto cewek tadi siang.
”Ren...kalau gue bole nanya, foto cewek yang ada di studio lo itu, siapa sih?” tanya Andhita.
”Gue nggak mau ngebicarain itu.” Kata Rendy. Tiba-tiba mimik mukanya menjadi muram dan dingin seperti tadi siang.
”Kenapa? Dia mantan lo?” tanya Andhita lagi.
Rendy bangkit berdiri. ”Udah malam, gue pulang dulu. Besok ada ulangan. Tolong pamitin sama bokap-nyokab lo ya.”
Andhita nggak sempat menahan Rendy yang mungkin tersinggung dengan kata-katanya. Cowok itu sudah berlalu dari hadapannya.
***
Rendy mengeluarkan semua foto dan barang-barang pribadi milik Grey yang masih di simpannya. Surat-surat, foto, stiker, gelang tali, pokoknya apa saja yang bisa mengingatkannya pada Grey, sebab untuk keperluan itulah dulu dia menyimpannya. Tapi sekarang dia nggak mau mengingat Grey lagi. Grey, maafin gue… gue nggak bermaksud ngelupain lo, tapi gue sadar udah saatnya gue melangkah maju dan nggak terus berada di masa lalu.
Ketika melihat selembar foto dirinya yang sedang berpelukan mesra dengan Grey, Rendy tertegun. Lamunannya pun melayang jauh beberapa tahun yang lalu.
Dulu Rendy punya sahabat baik bernama Grey. Rendy sangat menyayanginya. Sampai suatu waktu Rendy menyatakan perasaannya. Grey menangis dan dia bilang nggak bisa. Karena dokter telah memvonis umurnya tinggal enam bulan lagi. Grey sakit leukimia, kanker darah, dan nggak bisa sembuh lagi. ”Gue bakal mati Ren! Mati!” teriak Grey histeris saat itu. Rendy hanya bisa melongo, nggak tahu apa yang mesti dilakukannya untuk menenangkan cewek itu.
Tetapi Rendy yang tetap memaksa hubungan itu malah mempercepat vonis dokter, karena Grey malah menolak minum obat. Soalnya Grey tahu, minum obat akan membuat penampilannya kelihatan buruk. Obat akan membuat matanya cekung, rambutnya rontok, dan kulitnya kusam. Dia hanya minum obat untuk menahan sakit, dan itu yang menyebabkan dia meninggal tiga bulan lebih cepat.
Saat meninggal Grey ada di dalam pelukan Rendy. ”Ren, elo harus janji sama gue, elo harus bisa dapetin cewek yang lebih baik dari gue.”
Saat itu Rendy nggak bisa berkata apa-apa, hanya bisa mengangguk dengan mata merebak. Lalu, setelah Grey meninggal, dia tidak mampu tinggal di kota yang penuh kenangan bersama Grey. Jadi dia tidak menolak ketika papanya mengajaknya pindah sekeluarga ke Jakarta.
Rendy memasukkan semua barang Grey ke dalam drum kosong di belakang rumah, lalu menyiramnya dengan minyak tanah. Dia mengambil selembar kertas dan membakarnya dengan korek api, kemudian melemparkannya ke dalam drum. Blup! Api membesar dan menghanguskan semuanya.
”Selamat tinggal Grey...kayaknya gue udah menemukan cewek itu. Dan gue harus meyakinkan dia bahwa dia mencintai gue seperti gue mencintai dia.”
Asap hitam yang membumbung tinggi itu melayang terbawa angina, seolah membawa kesedihan dan menghapusnya, untuk menggantinya dengan kebahagiaan.
***
Keesokan harinya, Andhita menceritakan pengalamannya kepada teman-temannya. ”Kemarin gue nyanyiin lagu kita di tengah taman gue. Tiba-tiba, gue merasa tenang, terus bisa deh menghayati lagunya. Kata nyokab gue, pas gue nyanyiin lagu itu terasa beda sama pas gue nyanyi biasa.”
”Masa?” ujar Keyra.
”Kalau begitu kita coba aja. Gimana?” kata Tasha.
”Di taman rumah lo aja ya Dhit? Kan lo bisa menghayati lagu itu di taman rumah lo. Jadi suasananya udah pas.” usul Keyra.
Andhita mengerutkan keningnya. ”Taman di rumah gue kan sempit. Nggak sebesar taman di rumah Rendy atau Putri. Lagian, di rumah gue kan nggak ada piano.
“Nggak apa-apa. Kita bisa latihan tanpa piano. Kalau malam hari gitu, kita bisa latihan akapela. Jadi lebih konsentrasi, ya kan?” ujar Putri.
Semuanya setuju dan mengiyakan. Diputuskan malam ini mereka latihan di rumah Andhita, di taman kecil rumahnya.
***
Sebelum pulang, Andhita menyempatkan diri melongok ruang OSIS untuk mengintip Adit. Keyra menemaninya. Andhita memang hanya berani cerita blak-blakan sama Keyra soal Adit. Putri dan Tasha juga
”Heran, lo tuh udah suka sama Adit dari kelas satu. Tapi tindakan lo gini-gini aja. Waktu itu gue kasih kesempatan kencan, nggak lo manfaatkan sebaik mungkin. Apa elo nggak mau jadian sama dia? Cuma mau suka-sukaan doang?” tanya Keyra berjalan di samping Andhita di koridor sekolah.
”Abis, gue harus gimana dong? Harus nembak dia?” kata Andhita.
”Eit! Jangan salah. Zaman sekarang, cowok atau cewek yang nembak duluan, nggak jadi masalah. Cewek juga berhak kok menyatakan isi hati. Masa kita cuma bisa nunggu cowok yang nembak. Kalau mereka nggak tau perasaan kita, mau nunggu sampai sepuluh tahun juga nggak dapat-dapat.”
”Ya ngomong sih gampang. Kalau gue nembak dia terus gue ditolak gimana?” Tanya Andhita.
“Ya..gak gimana-gimana.” Jawab Keyra sambil nyengir.
Mereka sudah tiba di ruang OSIS. Andhita menyenggol Keyra. Gadis berambut pendek itu mengerti. Dia mengintip ke dalam. Cukup lama hingga Andhita nggak sabaran.
“Ada nggak?” Tanya Andhita.
Keyra mengulurkan tangannya ke belakang tanda dia nggak mau diganggu dulu. Andhita menunggu nggak sabar. Dia menggeser Keyra.
“Gue aja deh yang ngintip.”
“Heh, tunggu dulu!” bisik Keyra. Andhita nggak peduli. Akibatnya mereka berdua berebutan ngintip. Ketika akhirnya Andhita menang, belum sempat dia melihat apa-apa pintu terbuka mendadak sehingga keduanya terdorong ke depan.
“Rendy?!!” seru Andhita kaget.
“Makanya gue bilang juga tunggu.” Bisik Keyra.
“Ngapain lo ke sini? Nyari gue?” tanya Rendy melihat kedua cewek itu berdiri di depannya dengan tatapan bersalah.
“GR! Gue lagi nyari Adit!” kata Andhita.
Rendy mengangkat bahu. ”Sayang dia nggak ada di tempat. Kalau ada perlu kasih tahu gue aja. Kan gue juga sering ketemu dia.” katanya santai.
”Eh... nggak ada yang penting kok. Ya..kalau nggak ada ya udah.” Andhita langsung mengamit tangan Keyra dan mengajaknya berlalu dari situ.
Namun Keyra menarik tangannya kembali. ”Ren, nanti malam kita mau latihan di rumah Andhita buat ngedapetin inspirasi cara menghayati lagu.” Kata Keyra.
“Oh ya? Di taman rumah Andhita?” Tanya Rendy.
”Lho, lo tau dari mana kalau latihannya di taman?” tanya Keyra bingung.
”Gue tau semua hal.” kata Rendy bangga. Andhita cepat-cepat menarik tangan Keyra lagi dan berlalu dari situ.
”Iya, ya. Kenapa dia selalu bisa tau semua hal?” tanya Keyra lagi setelah mereka sudah di dekat kelas.
”Jangan dengerin. Dia kan sok tau!” kata Andhita. Dalam hati dia berharap agar Keyra nggak curiga sama sekali. Dia nggak ingin siapa pun tahu soal ini,
“Tapi aneh deh Dhit. Rendy itu selalu tau hal-hal kecil tentang lo. Seperti waktu elo nuduh dia yang ngebocorin perjodohan lo, terus tadi pas dia nebak kita bakalan latihan di taman rumah lo. Aneh kan?”
”Aduh, jangan dipikirin Key. Oh ya, gimana hubungan Putri sama Tasha sekarang? Mereka udah baikan?” Andhita mengalihkan pembicaraan.
”Lumayan. Terus, balik lagi ke Rendy. Kayaknya cowok itu belum mikirin pacaran deh. Atau jangan-jangan…” Keyra menatap wajah Andhita dengan serius. “Dia pernah sakit hati sama cewek lagi. Sama cewek yang ada di foto itu Dhit. Ingat nggak? Jadi dia nggak antusias lagi berhubungan sama cewek. Mungkin hatinya masih terluka gitu.”
Andhita tersenyum. “Gue saranin ya, daripada mikirin masalah Rendy yang benar-benar nggak penting ini. Mendingan lo nasihatin Putri sama Tasha yang lagi berantem gara-gara suka sama cowok yang salah.”
Kedua alis Keyra bertaut. “Kenapa sih Dhit lo selalu aja sengit sama dia? Jangan-jangan elo juga kepincut ya sama dia?” tebak Keyra.
”Jangan ngaco deh! Elo kan tau, satu-satunya cowok yang pengen gue jadiin cowok tuh cuma Adit.” elak Andhita yang bahkan dia sendiri nggak yakin dengan ucapannya. Dan kalau diingat, saat lagi ngedate sama Rendy, walaupun diwarnai dengan insiden mabok, itu maish jauh lebih baik dibanding hambarnya saat dia berkencan dengan Adit.
”Terus gimana sama cowok yang dijodohin sama lo itu Dhit? Elo nggak lupa kan kalau elo itu udah dijodohin?”
”Nggak! Gue cuma nggak peduli aja.” Jawab Andhita santai.
“Terus, nyokab-bokap lo gimana? Mereka masih ngarepin elo pacaran sama cowok itu?”
Andhita diam. Keyra memang nggak ngerti masalahnya, tapi kata-katanya membuatnya sadar sesuatu. Andhita mengakui kalau perjodohan ini sangat mengikatnya, membuat perasaannya pada Rendy jadi nggak karuan. Antara kesal karena merasa terjebak, tapi juga nggak bisa bilang benci sama keadaan. Dan dia juga harus mengakui kadang dia juga suka memikirkan cowok itu. Tidak, bukan kadang, tapi sering...
***
Jam tujuh malam, semua sudah berkumpul di taman rumah Andhita. Daerah rumah Andhita memang sepi karena tetangga kiri kanan udah masuk setelah hari gelap. Lampu taman dan lampu depan rumah sengaja dimatikan. Suasana jadi gelap dan cahaya yang mereka lihat hanya berasal dari rumah-rumah sebelah dan lampu jalan. Mereka berempat berdiri, membentuk lingkaran sambil bergandengan tangan.
”Sstt...diam. sekarang coba deh kalian dengerin suara hati kita masing-masing satu menit aja.” ajak Andhita. Mereka berempat diam, memejamkan mata, dan mencoba untuk mendengarkan detak jantung mereka, merasakan cinta dalam diri mereka, cinta untuk siapa saja...
Selang satu menit, Andhita memecah keheningan. ”Sudah bisa merasakan suara hati kita? Sekarang siap nyanyi?”
”Siap.” jawab ketiga temannya serempak.
”Satu.. dua.. tiga.. ” Putri memberi komando.
I can show you the world, shinning, shimmering, splendid
Tell me princess now when did you last let your heart decide
I can open your eyes, take you wonder by wonder
Over side ways and under on a magic carpet ride
A whole new world, a new fantastic point of view
No one to tell us no or where to go or say we're only dreaming
A whole new world, a dazzling place I never knew
But when I way up here, it's crystal clear
That now I'm in a whole new world with you
Unbelievable sight, indescribable feeling, soaring, tumbling, free wheeling
Through an endless diamond sky
A whole new world (don't you dare close your eyes)
A hundred thousand things to see (hold your breath it gets better)
I like a shooting start, I've come so far
I can't go back to where I used to be
I'll chase them anywhere
There's time to spare, let me share
This whole new world with you
Mereka membuka mata dan tersenyum, lalu melompat-lompat gembira.
”Dapat! Hore!!”
”Gue nggak nyangka latihan kita hari ini jauh lebih berarti daripada latihan tiga jam berturut-turut.” komentar Tasha.
”Iya, gue juga ngerasa suara kita semakin profesional dan nggak bisa diremehkan.” kata Putri bangga.
”Udah..udah..kita masuk yuk! Nyokab gue udah nyiapin makanan kecil buat kita.” ajak Andhita.
”Kasihan juga ya, Rendy malam ini nggak diajak.” ujar Putri.
”Tapi kalau diajak juga kasihan. Kan rumahnya jauh di Sunter.” kata Keyra,
Mereka masuk ke dalam rumah. Ternyata mama Andhita udah menyiapkan camilan. Andhita menyetel kaset yang baru dibelinya dan mereka makan sambil ngobrol.
”Maaf nih Tante, malam-malam gini kita ngeganggu. Kita lagi nyari penghayatan lagu buat malam kesenian.” kata Putri sambil mengunyah apel yang sudah dikupas. Andhita kebetulan lagi di kamar mandi.
”Nggak apa-apa kok. Tante senang kali ini rumah Tante bisa dipakai latihan. Biasanya di rumah kamu kan Put?” tanya mama Andhita.
”Iya, Tante. Tapi karena sekarang rumah aku lagi di renovasi, jadi kita latihan di rumahnya Rendy.”
Mama Andhita nggak jadi beranjak ke dapur. Dia berhenti dan mendekati Putri. ”Kamu bilang latihan di rumah Rendy? Rendy yang tinggal di Sunter?”
Putri menatap wanita di depannya dengan bingung. “Sepertinya begitu sih Tante. Tante kenal?”
“Kenal!” jawab Mama Andhita antusias.
“Kenal? Kok Andhita nggak pernah cerita Tan?” Tanya Tasha. Kalau tidak salah kan yang kenal duluan dengan Rendy itu dia, karena mereka sekelas.
”Lho! Andhita nggak pernah cerita ya? Kalian kan teman dekatnya, masa Andhita nggak pernah cerita kalau dia sudah dijodohkan?” tanya mama Andhita.
”Kalau itu sih cerita Tante, tapi...” Keyra membelalakkan matanya, ”Apa cowok yang dijodohkan dengan Andhita itu...Rendy??!!”
Mama Andhita langsung menyadari kesalahannya. Ternyata teman-teman Andhita nggak tahu, dan tanpa sengaja dia membongkar rahasia yang sudah Andhita simpan rapat-rapat.
”Ehm...Tante...eh..permisi dulu ya...mau nyuci piring dulu.” katanya sambil buru-buru berlalu.
Sepeninggal mama Andhita, mereka bertiga langsung heboh.
“Jadi, Rendy itu…cowok yang dijodohkan sama Andhita? Gue sama sekali nggak nyangka.” kata Keyra.
Putri masih sedikit kesal. ”Andhita keterlaluann! Dia masih nganggap kita temannya nggak sih? Kok soal penting kayak gini pake ditutup-tutupin segala!”
Tasha menyela, ”Ya...selama ini kita udah dibohongin mentah-mentah sama dia!”
Andhita keluar dari kamar mandi. Dia memandang ketiga temannya dan bingung melihat ekspresi mereka. “Ada apa sih? Kok kalian kayak abis ngeliat setan?”
Keyra berdiri dan berkacak pinggang. “Elo keterlaluan Dhit! Elo nganggap kita apa? Kambing conge? Atau kerbau dungu?”
“Ada apa sih?” Tanya Andhita bingung.
“Jangan pura-pura deh. Kita semua udah pada tau kalau elo tuh udah dijodohin sama Rendy!” seru Keyra.
Wajah Andhita memucat. ”Jadi kalian udah tau? Dari siapa?”
”Dari siapa nggak penting Dhit. Yang penting elo udah mengkhianati kita.” tegas Putri.
Andhita mendekati teman-temannya dan berusaha menenangkan.
”Tenang dulu. Gue bisa jelasin semuanya!”
”Elo udah bikin gue dan Putri ribut tanpa tau kalau Rendy itu calon tunangan lo.” kata Tasha.
Keyra menengahi, ”Udah, udah! Semua tenang dulu! Biar Andhita ngasih penjelasan.”
Putri melipat tangannya dengan sikap menunggu. ”Oke, gue menunggu penjelasan lo Dhit!”
Andhita mulai menjelaskan, ”Gini...semula gue juga nggak tau kalau cowok yang bakal dijodohkan sama gue itu Rendy. Suer! Gue juga baru tau pas pertama kali gue ke rumahnya. Jadi kita sepakat buat merahasiakan perjodohan ini di sekolah dan pura-pura akur di depan orangtua gue dan dia, soalnya...”
”Tapi kan lo masih bisa cerita sama kita Dhit! Kalau begini kan namanya lo udah ngebohong sama kita. Bahkan mungkin lo udah ngetawain tingkah laku gue dan Tasha sama Rendy.” sela Putri.
”Iah, itu sama aja lo mempermainkan kita!” lanjut Tasha. Dia dan Putri sama-sama emosi dan malu. Andhita menunduk dengan wajah bersalah.
”Put! Sha! Biar andhita ngejelasin dulu sampai selesai. Dia pasti punya alasan!” Keyra berusaha membela Andhita.
”Gue...bukannya berbohong...tapi gue cuma nggak bilang soal ini. Itu dua hal yang berbeda kan?” kata Andhita.
“Ya sama aja! Lo nggak jujur Dhit!” Sela Putri.
Wajah Andhita kebingungan. Saat itu juga Putri dan Tasha langsung keluar rumah Andhita.
”Putri! Tasha!” teriak Andhita memanggil mereka berdua. ”Gimana dong Key?” Tanya Andhita sambil mulai menangis.
“Gue nggak tau Dhit. Gue susul mereka dulu ya.” Jawab Keyra lalu keluar juga dari rumah Andhita.
Andhita terduduk lunglai di sofa dan menangis sejadinya. Dia sangat takut kehilangan ketiga sahabatnya. Apa gara-gara hal seperti ini mereka semua harus terpecah? Batinnya sedih.
Semua ini karena Rendy! Dan saat itu juga dia sadar, yang membuat masalahnya menjadi tambah kacau adalah karena dia jatuh hati pada Rendy. Itulah sebabnya mengapa dia nggak berani memberitahukan pada teman-temannya bahwa Rendy adalah cowok yang dijodohkan dengannya. Dia takut hal itu malah meruntuhkan persahabatannya. Dan Andhita nggak menyangka sekarang kalau masalah ini malah menjadi besar.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar