Minggu, 06 Juni 2010

Lovable (part 4)

Sorenya, ketika mereka berempat latihan di rumah Putri, Andhita menceritakan tentang pertemuannya dengan Rendy tadi, sekaligus menyerahkan kasetnya pada Putri.
”Gile, nyebelin banget dia ngomong begitu!” komentar Keyra. Kebetulan Tasha belum dating, jadi Andhita lebih leluasa menceritakan semuanya tanpa ditutup-tutupi pada kedua temannya.
”Dia benar-benar bilang kayak gitu Dhit?” Tanya Putri.
“Iya. Emangnya elo gak percaya sama gue?” ujar Andhita cemberut.
“Gue sih udah menduga dari semula kalo dia itu sombong, sok cakep, dan suka nampang di depan orang.” Kata Keyra menggebu-gebu.
“Meskipun emang cakep.” Sesal Andhita.
“Iya sih,” Putri membenarkan.
“Apanya yang cakep? Gua malah gak abis piker, apa sih yang bagus dari cowok itu? Trus, sok banget lagi! Pake bilang banyak yang naksir!” sela Keyra.
“Udah..udah.. nggak usah diomongin lagi deh. Nggak enak sama Tasha.” Putus Putri.
Keyra memandang temannya. ”Jangan bilang kalau lo juga suka sama Rendy, Put?”
Wajah Putri tersipu malu, membuat Andhita curiga kalau Putri juga suka sma Rendy. Andhita melotot gak percaya. Astaga! Dasar tuh cowok emang suka banget tebar pesona sama semua orang. Kurang ajar! Jangan-jangan si kunyuk itu bisa ngerusak hubungan mereka berempat lagi!
”Elo jangan ngomong sembarangan.” kata Putri. ”Gue bukannya suka sama dia. Gue cuma kagum. Seumur kita dia udah bisa jadi pemain piano profesional. Terus terang, meskipun suka nyanyi dan menganggap suara gue nggak jelek-jelek amat, gue sempet minder kemarin.”
Andhita mengangguk. ”Kalo soal main pianonya jago, itu benar. Tapi gimana kalau kita agak sedikit jaga jarak sama dia? Jangan sampai deh, kita gontok-gontokan cuma gara-gara satu cowok brengsek kayak dia.”
Putri mengerutkan kening, ”Maksud lo Dhit?”
Andhita menggeleng-gelengkan kepalanya. ”Elo semua ngerti gak sih maksud gue? Rendy emang cakep dan semua yang ada pada dirinya membuat kita terpesona, bener gak? Kalo gue bilang, dia itu tipe cowok yang suka tebar pesona sama cewek-cewek. Jadi… daripada di antara kita ada yang sakit hati, atau malah memperebutkan dia, lebih baik kita jaga hati kita masing-masing.”
Ely berkata, ”Jadi elo sendiri juga nggak percaya diri Dhit? Elo takut masuk perangkap dia juga?”
Andhita menyahut, ”Manusia kan mudah berubah. Sekarang gue bilang gue nggak suka, siapa tahu besok gue dipelet terus bisa jadi suka sama dia. Bukannya itu bisa terjadi?” katanya ngasal.
Pluk! Keyra menimpuk Andhita dengan bantal.
”Rendy melet elo? Nggak salah?! Nggak perlu kali.”
Andhita tertawa cengengesan. Kemudian Tasha datang dan mereka pun mulai latihan.
***
Rumah Putri kerap menjadi ajang pertemuan mereka berempat karena letaknya paling dekat ke sekolah. Kamis sore ini mereka sepakat latihan di sana. Latihan pertama dengan Rendy yang menyebalkan itu, pikir Andhita. Tapi karena akan bertemu cowok itu, entah kenapa Andhita jadi bingung memilih baju apa yang akan dia pakai.
Pakai gaun terlalu berlebihan. Pakai celana pendek terlalu seksi. Akhirnya Andhita memilih memakai celana panjang jeans dan kaus gombrong Joger. Heran, soal rambut saja dia harus membuka kunciran beberapa kali. Dikuncir satu kayak mbak-mbak, dikuncir dua sok imut, dikuncir tiga kayak orang gila. Akhirnya Andhita memutuskan untuk menggerai rambutnya saja. Tapi ketika memakai minyak wangi pemberian papa yang baru dibukanya, tak sadar dia menyemprotkannya terlalu banyak, jadi udah terlambat. Sudah wangi, mau gimana lagi? Jadi dia pun mengundang pertnyaan mama.
”Andhita, kamu mau kemana?”
”Ke rumah Putri ma.”
”Ke rumah Putri kok wangi amat? Kamu mau ketemu cowok yah? Awas ya, kalau kamu macam-macam.”
Andhita hanya tersenyum masam. Dia memang akan ketemu cowok, tapi bukan sembarang cowok. Dia itu cowok menyebalkan yang sudah langka di dunia.
Tiba di rumah Putri, Andhita juga mengundang pertanyaan teman-temannya.
“Kok wangi banget ya? Siapa sih yang numpahin minyak wangi?” gerutu Putri.
Tasha mengendus-endus. ”Kayaknya wanginya dari Andhita nih... Dhit, elo pakai biang minyak wangi berapa botol?”
Keyra tak kurang menyindirnya. ”Gile..!! mau ketemu Rendy aja pake sok wangi segala…” katanya terus terang. Jebb! Pas banget kena di ulu hatinya Andhita.
Andhita jadi marah. ”Apa-apaan sih? Orang gue gak sengaja pake minyak wangi kebanyakan. Udah deh, gak usah dibahas!”
Yang lain malah tertawa.
Tak lama kemudian Rendy datang. Begitu muncul di ruang tamu Putri, cowok itu langsung mengendus-endus ruangan. “Siapa nih yang belum mandi terus cuma pakai minyak wangi doang?”
Yang lain cekikikan. Andhita cemberut. Rendy hanya mengulum senyum sambil melirik Andhita. Rupanya cowok itu bisa menduga kalau sumber wangi itu berasal dari Andhita. Andhita bersumpah, begitu pulang dia akan ke kamarnya, mencari minyak wangi yang diberi papanya itu dan membuangnya jauh-jauh. Dasar, minyak wangi mahal! Wanginya super ampuh banget.
“Hei Put, kita langsung aja. Piano lo mana?” Tanya Rendy sambil mendekati Putri. Saat itulah cowok itu berdiri di belakang Andhita dan menatap tulisan di punggung kaus Andhita.
“Jangan cium gue karena gue cantik. Jangan cium gue karena gue manis. Jangan cium gue karena elo kebelet sama gue. Tapi cium gue karena gue mau nyium elo. Kalo gue mao nyium elo, itu tandanya gue suka sama lo. Kalo gue suka sama lo, itu tandanya lo cowok yang ganteng banget. Dan artinya, gue cuma mau dicium sama cowok ganteng!” seru Rendy membaca tulisan keras-keras.
Wajah Andhita memerah. Dia baru sadar kaus Joger yang dipakainya salah ambil. Sama-sama putih, tapi yang ini memang belum pernah dipakai karena kata-katanya yang nyeleneh. Andhita kira dia sedang pakai kaus satunya lagi yang tulisannya ”Sembahyanglah sebelum elo disembahyangi. Bekerjalah sebelum elo dikerjain. Belajarlah sebelum elo dikurangajari. Katakanlah sebelum elo dikata-katain!”
”Elo suka dicium sama cowok ganteng ya, Dhit?” kata Rendy sambil mengulum senyum. Andhita cuma bisa diam dengan muka merah padam.
“Hahaha…elo bilang gak akan pernah pakai kaus itu. Akhirnya elo pakai juga Dhit!” seru Keyra. Memang dia yang memberikan kaus itu untuk Andhita sebagai oleh-oleh waktu pergi ke Bali tahun lalu.
”Udah, diam ah! Kalo gak gue pulang nih!” kata Andhita kesal.
Akhirnya mereka mulai latihan. Rendy rupanya pengiring yang cukup strict. Dia sangat peduli terhadap pitch control alias menjaga suara agar tidak fals. Dan kebetulan sore itu yang lagi sial adalah Andhita. Mungkin karena kurang konsentrasi, dia fals terus,
“Hei, hei hei! Suara dua tolong odng, bisa nyanyi gak sih?!” bentak cowok itu.
Andhita tersinggung. “Heh, elo sih enak, main piano kan gak ada falsnya. Coba elo yang nyanyi!”
Rendy ternyata menganggap serius ucapan Andhita. Dia langsung menyanyikan lagu A Whole New World dari awal hingga akhir, menawan, plus vibrasi dan teknik menyanyi yang baik, dengan intonasi dan pengucapan sempurna hingga mereka berempat yang menyaksikan bengong, melongo.
Plok! Plok! Plok! “Hebat! Hebat! Persis banget kayak Delon!” seru Putri.
“Iya dong! Kalo gue berani mengkritik orang, berarti gue juga hrus paham teknik menyanyi,” jawab Rendy serius.
Dalam hati Andhita berpikir, gile juga nih orang. Sombongnya gak ketulungan. Bisa sih bisa, tapi gak usah begini-begini amat dong.
“Elo ikut nyanyi aja, Ren,” ujar Keyra.
Andhita langsung mencegah. ”Eh, jangan! Ini kan khusus buat kelompok kita doang!”
”Nggak apa-apa. Nanti biar MC yang mengumumkan bahwa lagu A Whole New World dinyanyikan oleh kita berempat feat Rendy, gitu,” kata Tasha. Duh Tasha… ngomongnya kok kayak mereka berempat itu group popular aja, pikir Andhita.
Rendy mengangkat tangannya. “Nggak, nggak, gue sama sekali nggak kepengen nyanyi di depan umum. Gue cuma pengen ngasih tau kalau kritikan gue harap diterima, karena gue bukan orang yang cuma pintar ngomong, ” katanya sambil melirik Andhita.
Andhita mencibir. Alah…apaan tuh? Maksudnya bukan cuma pintar ngomong, tapi juga pintar segala-galanya.. cuih, sombong banget.
Maka latihan hari itu pun ditutup dengan adegan sikap permusuhan antara Andhita dan Rendy, cowok tersombong di dunia.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar